Soalnya :
1. Jelaskan hubungan antara nilai total produk dan ekuitas merek.
Jawabannya
:
Hubungan antara nilai total produk dan ekuitas merek,
yaitu sebagai berikut :
Nilai total produk merupakan bagian dari merek maksudnya
: produk memiliki merek karena merupakan identitas dari produk.
Sedangkan merek ialah : nilai yang disumbangkan
merek pada nilai total produk. Atau merek adalah : suatu citra ekslusif terkait
identitas yang memberikan nilai emosional dan ekspresi diri kepada konsumen.
2. Jelaskan
pengertian customer value.
Jawabannya
:
Pengertian
atau defenisi customer value :
Menurut handi irawan defenisi customer
value, adalah :
semua manfaat atau kualitas yang diperoleh oleh konsumen relatif terhadap
pengorbanannya.
Customer value,
adalah : perbandingan antara perolehan total (total get) dgn pengorbanan total
konsumen (perceived sacrifice).
Jadi, customer value,
adalah : selisih antara manfaat yang diperoleh konsumen dari
suatu produk atau jasa, dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukan konsumen
untuk mendapatkan produk yang diinginkan konsumen dan menggunakan produk yang
diinginkan konsumen.
3. Jelaskan
macam – macam strategi harga dan berikan contoh penerapan strategi harga tersebut
pada salah satu perusahan yang anda kenal!
Jawabannya
:
Macam –
macam strategi harga beserta contoh penerapan strategi harga pada perusahan
yang saya kenal :
1. Strategi penetapan strategi harga untuk
produk baru.
Sebuah
perusahaan dapat meluncurkan produk baru dengan : harga tinggi (skimming pricing) atau harga
rendah (penetration pricing).
a.
Skimming Pricing.
Dengan skimming price, bukan berarti harga
tinggi selamanya. Cukup pada masa perkenalan saja. Pada saat persaingan mulai
ketat, barulah harga diturunkan. Harga tinggi perlu untuk menutup biaya riset
serta pengembangan produk secepatnya. Dengan harga tinggi, perusahaan dapat
berjaga – jaga terhadap kemungkinan kekeliruan penetapan harga. Kalau keliru,
turunkan saja harganya. Ini lebih mudah ketimbang menaikkan harga. Strategi ini
baru berjalan baik bila konsumen tidak sensitif terhadap harga, akan tetapi
lebih memperhatikan keunikan – keunikan produk yang terkait dengan : kualitas,
brand image, personil maupun layanan tambahan.
Setelah non price
sensitive customer terlayani, perusahaan dapat membuat versi lebih murah untuk
melayani price sensitive customer. Keputusan demikian dapat bersamaan dengan
strategi perluasan lini produk ke hilir dengan meluncurkan produk – produk
berbiaya lebih rendah. Perusahaan yang awalnya menjual buku edisi hard-cover, dapat
meluncurkan edisi soft-cover yang lebih murah.
Kondisi lain yang dibutuhkan
agar strategi ini berjalan baik adalah adanya hambatan masuk yang tinggi untuk
pesaing. Teknologi, investasi awal yang besar, hak paten maupun konsumen yang loyal
dapat menjadi penghambat masuknya pesaing. Kalau pesaing mudah masuk, strategi
harga tinggi justru akan menghancurkan perusahaan, sebab pesaing berkesempatan
meluncurkan produk dengan harga lebih murah.
Contoh
skimming price :
Perusahaan apple
yang bergerak dibidang laptop meluncurkan produk barunya, dengan menjual
laptop apple dengan harga yang mahal.
b.
Penetration Pricing.
Dengan strategi ini, perusahaan meluncurkan produk
baru dengan harga rendah dengan harapan akan memperoleh volume penjualan yang besar
dalam waktu yang relatif singkat. Dengan volume besar, tentu biaya rata – rata
akan menurun. Selanjutnya, biaya rendah ini dapat menghambat masuknya
pesaing. Keunggulan biaya inilah yang disebut
sebagai strategi cost leadership oleh Porter (1985). Strategi ini masuk
hitungan kalau pasar sensitif terhadap harga. Itu yang pertama. Yang kedua,
terdapat korelasi negatif antara kenaikan volume penjualan dengan biaya, dimana
kalau volume penjualan meningkat maka biaya akan menurun. Ketiga, harga rendah
bisa menjadi keunggulan bersaing. Sekali lagi, untuk kondisi ketiga ini, pasar
harus sensitif terhadap harga. Kalau pesaing bisa mendidik pasar menomorduakan
harga dalam mengambil pertimbangan, maka strategi ini lebih baik dilupakan. Contohnya : perusahaan asus yang bergerak dibidang handphone
meluncurkan produk handphone barunya, dengan menjual handphone asus tersebut
dengan harga yang murah dibandingkan handphone lain yang sama kualitasnya.
2. Strategi penetapan strategi harga untuk bauran
produk.
Harga sekumpulan produk dari satu perusahaan harus
diatur sedemikian untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Karena itulah
dikenal penetapan harga lini produk (product line pricing), penetapan harga fitur
opsional (optional feature pricing), penetapan harga untuk produk yang telah
dipegang (captive product pricing), penetapan harga dua bagian (two part
pricing), penetapan harga untuk produk sampingan (byproduct pricing) dan
penetapan harga untuk sekumpulan produk sekaligus (product bundling pricing).
a. Product line pricing (Penetapan harga
lini produk).
Umumnya perusahaan menawarkan beberapa item produk
sekaligus. Contohnya : perusahaan
otomotif dari korea hyundai, yang langsung menawarkan 12 item produk pada awal
expansinya. Produk – produk tersebut
kalau diamati dapat diurutkan mulai dari yang paling sederhana : ATOZ M/T
sampai yang paling mewah Grandeur : 3.0 A/T.
Manajemen menetapkan selisih harga yang teratur
mulai dari item sederhana sampai ke yang paling mewah. Selisih harga itu perlu
mempertimbangkan perbedaan biaya antar tipe, evaluasi perbedaan fitur dan harga
– harga pesaing.
Jika jarak harga terlalu rendah, maka pembeli
cenderung membeli versi yang lebih mewah. Sebaliknya, kalau terlalu jauh, maka
versi lebih sederhana menjadi pilihan. Memang agak sulit untuk menetapkan
selisih harga yang optimal. Namun, Monroe (1978) memberikan formula yang
setidaknya bisa dipertimbangkan. Yaitu mempertimbangkan tiga faktor : harga tertinggi, harga terendah, dan jumlah anggota lini produk.
b. Optional feature pricing (Penetapan
harga fitur opsional).
Teknik ini merupakan : penawaran harga
akhir yang didasarkan pada perlengkapan tambahan (fitur) yang diinginkan
pembeli. Banyak produk yang harga akhirnya ditentukan berdasarkan perlengkapan
tambahan yang diinginkan pembeli. Contohnya
: harga mobil kijang standar adalah Rp 115 juta. Harga itu bisa meningkat
menjadi Rp 125 juta, misalnya, dengan tambahan tanduk depan, electric window,
power steering, dan air conditioner.
c. Captive product pricing (Penetapan
harga untuk produk yang telah dipegang).
Contohnya
: membeli printer laser HP. Secara rutin, orang harus yang membeli perlengkapan printer tersebut (misalnya toner) yang
hanya dari HP, tidak bisa dari perusahaan lain. Inilah yang disebut captive
product.
Kalau
sudah membeli produk utamanya, pembeli harus membeli produk perlengkapnya. Umumnya,
strategi yang digunakan perusahaan untuk menghadapi masalah ini adalah :
menetapkan harga murah untuk produk utamanya dan harga tinggi untuk produk
pelengkapnya. Menurut Kotler (1999), memang pembeli kurang sensitif terhadap
harga produk pelengkap.
d. Two part pricing (Penetapan harga dua
bagian).
Contohnya
:
1.
Orang pergi ke ancol akan dikenakan tiket masuk. Kemudian
untuk menikmati fasilitas yang disediakan, maka orang bersangkutan harus
membeli tiket, bahkan untuk buang air kecil saja harus bayar. Kalau ada dua
macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar konsumen
tidak sungkan.
2.
Perusahaan listrik negara juga menerapkan hal yang
sama. Yaitu bayaran tetap dan biaya untuk beban pemakaian listrik. Kalau ada
dua macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar
konsumen tidak sungkan.
3.
PT telekomunikasi menerapkan bayaran tetap dan biaya
pulsa untuk menelpon dan biaya untuk beban pemakaian listrik. Kalau ada dua
macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar konsumen
tidak sungkan.
e. Byproduct pricing (Penetapan
harga untuk produk sampingan).
Produksi dari beberapa barang sering
menghasilkan produk sampingan. Contohnya
:
1). Produksi kopra menghasilkan batok kelapa
sebagai sampingan. Harga yang ditetapkan untuk batok kelapa sebaiknya sesuai
dengan nilainya dimata konsumen. Apabila mendatangkan pendapatan yang berarti,
maka produk sampingan dapat mengurangi harga produk utama.
2).
Pabrik pakaian menghasilkan alas kaki (keset) dari guntingan – guntingan pakaian yang tidak terpakai. Harga yang
ditetapkan untuk alas kaki sebaiknya sesuai dengan nilainya dimata konsumen.
Apabila mendatangkan pendapatan yang berarti, maka produk sampingan dapat
mengurangi harga produk utama.
f. Product bundling pricing (Penetapan
harga untuk sekumpulan produk sekaligus).
Beberapa produk yang dijual sekaligus
umumnya lebih murah dibanding kalau dijual satu – satu . Contohnya : tiket terusan ke ancol lebih murah dibanding total
harga semua fasilitas. Sering pula barang yang berbeda dikemas menjadi satu
bungkusan, kemudian dijual dengan satu harga. Katakanlah deterjen daia 1 kg
harganya Rp 7500, giv harganya Rp 1000, dan omo biru harganya Rp 2500. Ketiga merek dikemas dalam satu bungkusan
kemudian dihargai Rp 10 ribu. Selain
merangsang konsumen untuk membeli lebih banyak, tujuan bundling pricing ini
adalah : untuk memperkenalkan item kurang laku, yang didomplengkan dengan item
yang laku. Produk baru sering didomplengkan dengan produk lama yang laku.
3. Adaptasi harga untuk pasar atau situasi
yang berbeda.
Ada dua kemungkinan motif yang mendorong perusahaan
meninggalkan kebijakan satu harga. Motif pertama : penyesuaian dengan situasi
tertentu. Disini perusahaan bersifat reaktif terhadap situasi yang mengharuskan.
Motif kedua : menggunakan harga sebagai stimuli untuk memperoleh respon
tertentu dari konsumen.
Ada lima strategi harga yang berasal dari adaptasi
harga, yaitu : geographical pricing, price discount and allowance, promotional
pricing, discriminatory pricing dan product-mix pricing. Dalam
penjelasan berikut konsep – konsep tersebut ditulis dalam istilah aslinya agar
tidak kehilangan makna, yaitu :
1.
Geographical
pricing.
Geographical pricing adalah
menetapkan harga berbeda untuk area geografis ataupun negara berbeda.
Pertimbangannya bisa dari faktor : biaya, daya beli penduduk maupun daur hidup
produk di daerah atau negara yang bersangkutan.
2.
Price
discount and allowance.
Kebanyakan perusahaan akan memodifikasi
harga dasar sebagai imbalan untuk perbuatan – perbuatan pembeli yang dianggap
baik oleh perusahaan, seperti pembayaran dimuka, pembelian dalam jumlah besar
dan pembelian di luar musim (off-season-buying). Tindakan ini dapat mengurangi
keuntungan perusahaan. Jadi, sebelum melakukan memberikan diskon – diskon,
perusahaan perlu menghitung untung dan ruginya secara akurat.
1.
Cash discount adalah penurunan harga kepada pembeli yang
cepat membayar tagihan. Kode yang umum adalah “2/10, net 30”. Artinya, masa
pembayaran tagihan adalah 30 hari. Tetapi kalau pembeli membayar dalam 10 hari
atau kurang, maka perusahaan akan memberikan diskon 2%. Keuntungannya bagi perusahaan adalah
meningkatnya likuiditas, menurunnya biaya penagihan serta jumlah bad-debt.
2.
Quantity discount adalah penurunan harga yang diberikan karena
volume pembelian yang besar. Ini biasa terjadi antar pedagang, bisa juga antara
toko dengan konsumen. Malah, kadang – kadang, pembeli sendiri yang meminta
potongan harga kalau tahu volume pembeliannya besar.
3.
Functional discount merupakan pemotongan harga oleh
penjual karena pembeli melakukan fungsi – fungsi tertentu, Contoh : seperti : pencatatan, penagihan maupun fungsi –fungsi
lain. Konsekuensinya, pemotongan harga bisa berbeda kalau fungsi yang dilakukan
pembeli berbeda.
4.
Seasonal discount adalah potongan harga yang diberikan
di luar musim. Contohnya : 1) tempat
rekreasi memberikan diskon untuk hari senin sampai jumat karena pada hari –hari
tersebut pengunjung sepi. 2) PT. telekomunikasi melakukan strategi untuk
telepon statis. Yaitu pada jam sibuk antara jam 18.00 sampai jam 23.00, harga
pulsa dipotong 50%. Potongan lebih besar lagi (yaitu 75%) antara jam 23.00
sampai jam 06.00, karena pemakai telepon lebih sepi pada selang waktu tersebut.
Tujuan dari diskon ini adalah agar
kapasitas tidak menganggur pada masa sepi. Sebagian perusahaan menggunakan
strategi ini sebagai bagian dari manajemen permintaan, yaitu : memindahkan
sebagian permintaan yang tidak terlayani pada masa puncak ke masa sepi
Allowances merupakan bagian dari penurunan
harga. Trade in allowances
adalah : penurunan harga yang diberikan untuk penggantian item lama dengan yang
baru. Contohnya : ada perusahaan
otomotif menawarkan seperti ini : “tukar mobil lama dengan yang baru. Kami beri
diskon 5%”. Tujuannya : agar perputaran produk lebih tinggi. Selain itu, untuk
mengikat pemakai produk lama menjadi pembeli yang loyal.
Yang perlu diperhatikan adalah produk lama
yang ditukarkan pembeli mau diapakan? Banyak perusahaan otomotif membuka anak
perusahaan yang khusus menjual mobil bekas. Kesanalah mobil – mobil bekas itu
diputar. Penurunan harga ini diberikan kalau pembeli berpartisipasi dalam
promosi maupun usaha penjualan lainnya.
3.
Promotional pricing.
Perusahaan dapat menggunakan teknik
harga untuk menstimulasi pembelian awal. Teknik – teknik tersebut adalah :
1.
Harga penglaris, caranya adalah toko
menurunkan harga merek terkenal atau produk yang sensitif terhadap harga untuk
meningkatkan kunjungan. Contohnya : sebuah
toko bisa menurunkan harga beras, tetap produk lain tetap. Karena dalam masa
krisis konsumen sensitif terhadap harga beras, maka dengan menurunkan harga
sedikit saja, maka konsumen akan terpengaruh. Biasanya produsen tidak suka
kalau produknya dijadikan sebagai penglaris oleh supermarket atau toko – toko.
2.
Special event pricing, prakteknya adalah
menurunkan harga untuk menyambut even –even tertentu. Contohnya : 1) sepatu bata sering menurunkan harga untuk menyambut
lebaran. 2) ada yang mengaitkan penurunan harga dengan ulang tahun kemerdekaan.
Tujuannya tentu adalah untuk menciptakan image yang baik, bahwa perusahaan
peduli terhadap even –even yang bermakna khusus bagi masyarakat.
3.
Cash rebate. Daripada menurunkan harga,
ada juga perusahaan yang memberikan sejumlah uang untuk pembelian produknya. Untuk
mendongkrak penjualannya, contohnya :
1) isuzu panther tahun 1996 membuat iklan : “beli panther tipe apa saja, maka
Rp 1.000.000 langsung didapatkan pembelinya”. Teknik ini dapat membantu produsen
menurunkan persediaan tanpa menurunkan daftar harga.
4.
Low interest financing. Kalau kita amati
iklan – iklan mobil belakangan ini, sering ditawarkan bunga rendah, contoh 8% per tahun. Malah, sebelum
krisis, astra pernah menawarkan kredit satu tahun tanpa bunga untuk pembelian kijang.
Namun, hati – hati menyikapi iklan begini. Begitu sampai di showroom,
seringkali calon pembeli merasa terkecoh karena suku bunga rendah tersebut
harus memenuhi kondisi tertentu, contoh uang
muka 30% atau jangka waktu kredit yang singkat.
5.
Longer payment terms, tujuannya adalah untuk
menurunkan bayaran bulanan. Contohnya :
1) waktu pertama diluncurkan, nissan grand livina menawarkan kredit sampai 5
tahun. Konsekuensinya tentu suku bunga lebih tinggi. Tetapi, yang menjadi faktor penarik adalah
bayaran per bulan yang lebih rendah.
6.
Warranties and service contract.
Daripada menurunkan harga, perusahaan dapat menawarkan kontrak servis. Contohnya : 1) PT. kramayudha tiga
berlian untuk mobil – mobil mitsubishi yang dipasarkannya di indonesia.
Perusahaan ini menawarkan paket konser, yaitu kontrak servis yang berlaku dalam
jangka waktu tertentu. Fasilitas yang ditawarkan dalam konser adalah bebas
harga untuk pelayanan tertentu serta penurunan harga untuk pelayanan lainnya.
7.
Psychological discounting. Dengan teknik
ini, perusahaan ingin menciptakan kesan adanya penghematan dari penurunan
harga. Contohnya : “dulu Rp 100.000,
sekarang Rp 60.000”. Yang menjadi persoalan, apa benar sebelumnya harga Rp
100.000? Bila benar, berarti pembeli memang dapat menghemat Rp 40.000. Kalau tidak,
praktek ini merupakan suatu praktek pengelabuan. Namun, pembeli jarang
mempertanyakan kebenaran itu.
4. Strategi memulai atau menanggapi perubahan.
1.
Sistematika penetapan harga awal untuk sebuah produk.
2.
Kedua dilandasi oleh : sifat harga yang dinamis,
sehinga perlu melakukan penyesuaian dan pengelolaan sesuai situasi yang
dihadapi. Pertimbangan – pertimbangan
khusus dalam strategi harga, yaitu :
1.
Penetapan harga
untuk perantara.
Apabila penyampaian
produk dari produsen ke konsumen melalui perantara misalnya toko, tentu harus
diatur berapa harga keperantara agar harga akhir ke konsumen yang direncanakan
tercapai. Contohnya : harga pompa
air sanyo pada konsumen akhir ditetapkan Rp 400 ribu. Pompa dijual melalui
toko. Perusahaan harus menetapkan berapa harga ke toko. Apabila merek sudah
kuat, harga ke toko bisa lebih rendah. Sebab, tanpa rekomendasi pihak toko pun
konsumen dapat memilih produk pompa air sanyo. Untuk produk yang belum punya
nama, harga dapat berfungsi sebagai insentif agar perantara (toko)
merekomendasikan produk kita. Toko tentu mengutamakan produk yang lebih
menguntungkan, entah karena banyak dicari konsumen atau karena marjin
keuntungan toko yang lebih besar.
2.
Penetapan harga
untuk pasar bisnis.
Pasar bisnis ditandai
oleh hubungan dekat dan terus – menerus antara penjual dan pembeli, terutama untuk
produk – produk berupa bahan baku maupun komponen. Harga dari penjual merupakan
komponen biaya pembeli, sehingga mempengaruhi keunggulan bersaing produk yang
dihasilkan pembeli. Apabila produk keluaran pembeli banyak terjual karena
unggul, dengan sendirinya permintaan terhadap bahan baku atau komponen dari
penjual juga meningkat. Karena itu, penentuan harga, yang dalam penjelasan
sebelumnya terkesan dilakukan secara sepihak oleh penjual, pada pasar bisnis,
sering dilakukan bersama – sama antara penjual dan pembeli, untuk kepentingan
bersama.
3.
Fleksibilitas
harga.
Berdasarkan kesamaan
setiap waktu dan situasi, ada 2 pilihan harga, yaitu : harga sama atau harga
fleksibel untuk semua kondisi dan situasi. Harga tetap memberikan kepastian
bagi konsumen tentang uang yang disiapkan untuk membeli produk. Pendekatan ini mengefektifkan
proses penciptaan citra produk maupun perusahaan.
Pada sisi lain, banyak
juga perusahaan yang melakukan penyesuaian harga berdasarkan situasi yang
dihadapi. Contohnya : tiket pesawat
terbang yang harga tiket bisa berbeda dalam hitungan menit, tergantung pada
permintaan. Pada saat permintaan tinggi, harga langsung dinaikkan. Namun, pada
saat sepi, harga diturunkan.
4.
Harga tetap
versus harga negosiasi.
Perusahaan perlu
memutuskan apakah kaku dengan daftar harganya atau dapat dinegosiasi pelanggan.
Pengenaan harga berdasarkan daftar harga secara kaku membuat semua konsumen
mendapat harga yang sama. Namun, unsur insentif harga hilang dalam praktek ini,
sehingga tidak dapat dipakai untuk memancing pembelian.
Harga negosiasi
memunculkan unsur insentif. Daftar harga sudah ada. Yang dinegosiasikan adalah
berapa diskon yang diperoleh pembeli. Penjual memiliki limit diskon yang
tersedia. Besar kecilnya diskon tergantung pada kuatan negosiasi antara pembeli
dan penjual. Pembeli merasa puas kalau dapat menegosiasikan diskon yang besar.
Namun, kepuasan tersebut dapat berkurang kalau yang bersangkutan mengetahui
bahwa pembeli lain memperoleh diskon lebih besar. Resiko lain, diskon
menurunkan persepsi kualitas.
4. Jelaskan
ciri-ciri/kondisi produk pada tiap tahap daur hidupnya.
Jawabannya :
Ciri – ciri
atau kondisi produk pada tiap tahap daur hidupnya :
1.
Tahap perkenalan.
Ciri – ciri atau kondisi produk pada
tahap
perkenalan :
1.
Pertumbuhan penjualannya yang lambat, karena diperlukan
beberapa waktu untuk memperkenalkan produk ke dalam pasar. Ada beberapa
kemungkinan penyebab dari lambatnya pertumbuhan penjualan pada masa perkenalan,
yaitu : terlambatnya pertambahan kapasitas produksi, masalah teknis, kelambatan
dalam membangun jaringan distribusi yang memadai, dan keengganan pasar untuk
merubah perilaku yang sudah mendarah daging. Untuk kasus –kasus produk berharga
tinggi, misalnya : televisi beresolusi tinggi yang harganya mencapai Rp 70
juta, lambatnya pertumbuhan penjualan juga dipengaruhi oleh terbatasnya
kalangan yang dapat membeli produk itu.
2.
Keuntungan umum negatifnya pada tahap perkenalan disebabkan oleh biaya
promosi dan distribusi yang tinggi sementara penjualan masih rendah. Biaya
promosi tinggi sebab intensitasnya memang tinggi untuk : menginformasikan
produk yang belum dikenal, mendorong percobaan atas produk dan memastikan
ketersediaan produk pada outlet – outlet eceran.
3.
Harga pada tahap perkenalan tinggi, disebabkan oleh : 1)
biaya tinggi yang berkaitan dengan tingkat produksi yang masih rendah, 2)
masalah teknologi produksi belum sempurna, 3) dibutuhkan margin yang tinggi untuk
mendukung kampanye promosi yang intensif serta untuk mengkompensasi biaya
pengembangan.
2. Tahap pertumbuhan.
Ciri – ciri atau
kondisi produk pada tahap pertumbuhan :
1.
Pertumbuhan penjualan yang cepat. Didalam konsep naslow,
pada tahap pertumbuhan early adopter
sudah mulai membeli produk.
2.
Pesaing baru mulai muncul melihat adanya kesempatan
pasar.
3.
Keuntungan mulai meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya volume penjualan dan menurunnya biaya produksi karena peningkatan
volume produksi.
3. Tahap kedewasaan.
Ciri – ciri atau
kondisi produk pada tahap kedewasaan
:
1.
Apabila semua pasar potensial sudah dimasuki, maka
pertumbuhan penjualan akan melambat. Tahap kedewasaan ada 3 bagian : 1) dewasa
bertumbuh, walaupun pasar sudah jenuh, akan tetapi masih ada pertumbuhan
penjualan, tetapi sedikit sekali. 2) dewasa stabil, pada bagian ini, sebagian
besar pasar potensial sudah dimasuki. Pertumbuhan penjualan industri hanya
diperoleh sebagai akibat dari pertumbuhan populasi. 3) dewasa menurun, mulai
terjadi penurunan penjualan karena pasar sudah mulai beralih ke produk lain.
2.
Pada dewasa pesaing sudah banyak yang masuk ke dalam
industri kira – kira sama dengan pesaing yang tergusur. Akibatnya keuntungan yang
dinikmati setiap perusahaan menurun. Malah, sebuah perusahaan hanya dapat
meningkatkan pangsa pasarnya dengan merebut pasar dari pesaing.
3.
Pesaing ada dua jenis : 1. ada pesaing besar yang
mendominasi pasar. Pemimpin pasar ini biasanya mengisi segmen yang berukuran
paling besar. Disekeliling pemain besar terdapat pesaing – pesaing kecil yang
umumnya mengisi segmen berukuran kecil.
4.
Tahap penurunan.
Ciri – ciri atau
kondisi produk pada tahap penurunan :
1. Penurunan penjualan produk, tapi
permintaan konsumen tidak menurun
2. Pola
penurunan : 1. ada yang menukik tajam atau mati tiba – tiba. Ini terjadi pada
produk yang hidupnya dihentikan oleh faktor yang memaksa. Contohya : es krim magnum
yang divonis mengandung semacam racun tahun 1999. 2. produk – produk yang hidupnya diakhiri secara alami, umumnya
penurunannya tidak terjadi secara tiba – tiba. Walaupun yang penurunannya
terjadi secara cepat, tetapi tidak berhenti tiba – tiba, sebagaimana pada magnum
tadi.
3. Penurunan
penjualan secara alami terjadi oleh beberapa sebab, diantaranya adalah :
penemuan teknologi baru, peralihan selera konsumen, meningkatnya persaingan
dari pesaing domestik dan luar negeri.
5. Dalam
media penyiaran, ada banyak media digunakan, misalnya radio, televisi dan
sosial media. Jelaskan dari media tersebut manakah yang lebih efektif dan
efisien dalam meningkatkan omzet penjualan perusahaan dan pembelian konsumen?
Jawabannya
:
Menurut
saya, media yang efektif dan efisien dalam meningkatkan omzet penjualan
perusahaan dan pembelian, yaitu :
Tergantung
pada orang yang sering memakai media tersebut, contoh : 1. orang (masyarakat) yang
sering menonton televisi ya televisi. 2. orang yang sering menggunakan sosial
media ya sosial media. 3. orang yang sering mendengarkan radio ya radio. Tapi
melihat kebanyakan orang, banyak yang menonton televisi karena lebih murah
menggunakan televisi (praktis), dan kebiasaan lama, dibandingkan radio yang
jarang diminat kebanyakan orang. Sosial media karena ada juga masyarakat yang
tidak pandai menggunakan sosial media.
Jadi media
tersebut yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan omzet penjualan
perusahaan dan pembelian konsumen, yaitu : Televisi, karena alasan tersebut.
Referensi
:
Simamora,
Bilson. 2014.
Pemasaran Strategik. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar