Jumat, 29 Juli 2016

Tugas Kedua: Pemasaran Strategik (EKMA4475).




 Soalnya :

1. Jelaskan hubungan antara nilai total produk dan ekuitas merek.
Jawabannya :
Hubungan  antara nilai total produk dan ekuitas merek, yaitu sebagai berikut :

Nilai total produk merupakan bagian dari merek maksudnya : produk memiliki merek karena merupakan identitas dari produk.
Sedangkan merek ialah : nilai yang disumbangkan merek pada nilai total produk. Atau merek adalah : suatu citra ekslusif terkait identitas yang memberikan nilai emosional dan ekspresi diri kepada konsumen.
  

2. Jelaskan pengertian customer value.
Jawabannya :
Pengertian atau defenisi customer value :

Menurut handi irawan defenisi customer value, adalah : semua manfaat atau kualitas yang diperoleh oleh konsumen relatif terhadap pengorbanannya.
Customer value, adalah : perbandingan antara perolehan total (total get) dgn pengorbanan total konsumen (perceived sacrifice).
Jadi, customer value, adalah : selisih antara manfaat yang diperoleh konsumen dari suatu produk atau jasa, dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan konsumen dan menggunakan produk yang diinginkan konsumen.


3. Jelaskan macam – macam strategi harga dan berikan contoh penerapan strategi harga tersebut pada salah satu perusahan yang anda kenal!

Jawabannya :
Macam – macam strategi harga beserta contoh penerapan strategi harga pada perusahan yang saya kenal :

1.    Strategi penetapan strategi harga untuk produk baru.
Sebuah perusahaan dapat meluncurkan produk baru dengan : harga tinggi (skimming pricing) atau harga rendah (penetration pricing).

a.    Skimming Pricing.
Dengan skimming price, bukan berarti harga tinggi selamanya. Cukup pada masa perkenalan saja. Pada saat persaingan mulai ketat, barulah harga diturunkan. Harga tinggi perlu untuk menutup biaya riset serta pengembangan produk secepatnya. Dengan harga tinggi, perusahaan dapat berjaga – jaga terhadap kemungkinan kekeliruan penetapan harga. Kalau keliru, turunkan saja harganya. Ini lebih mudah ketimbang menaikkan harga. Strategi ini baru berjalan baik bila konsumen tidak sensitif terhadap harga, akan tetapi lebih memperhatikan keunikan – keunikan produk yang terkait dengan : kualitas, brand image, personil maupun layanan tambahan.
Setelah non price sensitive customer terlayani, perusahaan dapat membuat versi lebih murah untuk melayani price sensitive customer. Keputusan demikian dapat bersamaan dengan strategi perluasan lini produk ke hilir dengan meluncurkan produk – produk berbiaya lebih rendah. Perusahaan yang awalnya menjual buku edisi hard-cover, dapat meluncurkan edisi soft-cover yang lebih murah.
Kondisi lain yang dibutuhkan agar strategi ini berjalan baik adalah adanya hambatan masuk yang tinggi untuk pesaing. Teknologi, investasi awal yang besar, hak paten maupun konsumen yang loyal dapat menjadi penghambat masuknya pesaing. Kalau pesaing mudah masuk, strategi harga tinggi justru akan menghancurkan perusahaan, sebab pesaing berkesempatan meluncurkan produk dengan harga lebih murah.
Contoh skimming price :
Perusahaan apple yang bergerak dibidang laptop meluncurkan produk barunya, dengan menjual laptop apple dengan harga yang mahal.

b.    Penetration Pricing.
Dengan strategi ini, perusahaan meluncurkan produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat. Dengan volume besar, tentu biaya rata – rata akan menurun. Selanjutnya, biaya rendah ini dapat menghambat masuknya pesaing.  Keunggulan biaya inilah yang disebut sebagai strategi cost leadership oleh Porter (1985). Strategi ini masuk hitungan kalau pasar sensitif terhadap harga. Itu yang pertama. Yang kedua, terdapat korelasi negatif antara kenaikan volume penjualan dengan biaya, dimana kalau volume penjualan meningkat maka biaya akan menurun. Ketiga, harga rendah bisa menjadi keunggulan bersaing. Sekali lagi, untuk kondisi ketiga ini, pasar harus sensitif terhadap harga. Kalau pesaing bisa mendidik pasar menomorduakan harga dalam mengambil pertimbangan, maka strategi ini lebih baik dilupakan. Contohnya : perusahaan asus yang bergerak dibidang handphone meluncurkan produk handphone barunya, dengan menjual handphone asus tersebut dengan harga yang murah dibandingkan handphone lain yang sama kualitasnya.

2.    Strategi penetapan strategi harga untuk bauran produk.
Harga sekumpulan produk dari satu perusahaan harus diatur sedemikian untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Karena itulah dikenal penetapan harga lini produk (product line pricing), penetapan harga fitur opsional (optional feature pricing), penetapan harga untuk produk yang telah dipegang (captive product pricing), penetapan harga dua bagian (two part pricing), penetapan harga untuk produk sampingan (byproduct pricing) dan penetapan harga untuk sekumpulan produk sekaligus (product bundling pricing).
a.    Product line pricing (Penetapan harga lini produk).
Umumnya perusahaan menawarkan beberapa item produk sekaligus. Contohnya : perusahaan otomotif dari korea hyundai, yang langsung menawarkan 12 item produk pada awal expansinya. Produk – produk  tersebut kalau diamati dapat diurutkan mulai dari yang paling sederhana : ATOZ M/T sampai yang paling mewah Grandeur : 3.0 A/T.
Manajemen menetapkan selisih harga yang teratur mulai dari item sederhana sampai ke yang paling mewah. Selisih harga itu perlu mempertimbangkan perbedaan biaya antar tipe, evaluasi perbedaan fitur dan harga – harga pesaing.
Jika jarak harga terlalu rendah, maka pembeli cenderung membeli versi yang lebih mewah. Sebaliknya, kalau terlalu jauh, maka versi lebih sederhana menjadi pilihan. Memang agak sulit untuk menetapkan selisih harga yang optimal. Namun, Monroe (1978) memberikan formula yang setidaknya bisa dipertimbangkan. Yaitu mempertimbangkan tiga faktor :  harga tertinggi,  harga terendah, dan  jumlah anggota lini produk.

b.    Optional feature pricing (Penetapan harga fitur opsional).
     Teknik ini merupakan : penawaran harga akhir yang didasarkan pada perlengkapan tambahan (fitur) yang diinginkan pembeli. Banyak produk yang harga akhirnya ditentukan berdasarkan perlengkapan tambahan yang diinginkan pembeli. Contohnya : harga mobil kijang standar adalah Rp 115 juta. Harga itu bisa meningkat menjadi Rp 125 juta, misalnya, dengan tambahan tanduk depan, electric window, power steering, dan air conditioner.

c.    Captive product pricing (Penetapan harga untuk produk yang telah dipegang).
     Contohnya : membeli printer laser HP. Secara rutin, orang harus yang membeli perlengkapan printer tersebut (misalnya toner) yang hanya dari HP, tidak bisa dari perusahaan lain. Inilah yang disebut captive product. 
Kalau sudah membeli produk utamanya, pembeli harus membeli produk perlengkapnya. Umumnya, strategi yang digunakan perusahaan untuk menghadapi masalah ini adalah : menetapkan harga murah untuk produk utamanya dan harga tinggi untuk produk pelengkapnya. Menurut Kotler (1999), memang pembeli kurang sensitif terhadap harga produk pelengkap.

d.   Two part pricing (Penetapan harga dua bagian).
     Contohnya :
1.      Orang pergi ke ancol akan dikenakan tiket masuk. Kemudian untuk menikmati fasilitas yang disediakan, maka orang bersangkutan harus membeli tiket, bahkan untuk buang air kecil saja harus bayar. Kalau ada dua macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar konsumen tidak sungkan.
2.      Perusahaan listrik negara juga menerapkan hal yang sama. Yaitu bayaran tetap dan biaya untuk beban pemakaian listrik. Kalau ada dua macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar konsumen tidak sungkan.  
3.      PT telekomunikasi menerapkan bayaran tetap dan biaya pulsa untuk menelpon dan biaya untuk beban pemakaian listrik. Kalau ada dua macam harga seperti ini, maka sebaiknya harga tetap dibuat rendah agar konsumen tidak sungkan.

e.    Byproduct pricing (Penetapan harga untuk produk sampingan).

     Produksi dari beberapa barang sering menghasilkan produk sampingan. Contohnya :
 1). Produksi kopra menghasilkan batok kelapa sebagai sampingan. Harga yang ditetapkan untuk batok kelapa sebaiknya sesuai dengan nilainya dimata konsumen. Apabila mendatangkan pendapatan yang berarti, maka produk sampingan dapat mengurangi harga produk utama.
2). Pabrik pakaian menghasilkan alas kaki (keset) dari guntingan – guntingan  pakaian yang tidak terpakai. Harga yang ditetapkan untuk alas kaki sebaiknya sesuai dengan nilainya dimata konsumen. Apabila mendatangkan pendapatan yang berarti, maka produk sampingan dapat mengurangi harga produk utama.

f.     Product bundling pricing (Penetapan harga untuk sekumpulan produk sekaligus).

     Beberapa produk yang dijual sekaligus umumnya lebih murah dibanding kalau dijual satu – satu . Contohnya : tiket terusan ke ancol lebih murah dibanding total harga semua fasilitas. Sering pula barang yang berbeda dikemas menjadi satu bungkusan, kemudian dijual dengan satu harga. Katakanlah deterjen daia 1 kg harganya Rp 7500, giv harganya Rp 1000, dan omo biru harganya Rp 2500.  Ketiga merek dikemas dalam satu bungkusan kemudian dihargai Rp 10 ribu.  Selain merangsang konsumen untuk membeli lebih banyak, tujuan bundling pricing ini adalah : untuk memperkenalkan item kurang laku, yang didomplengkan dengan item yang laku. Produk baru sering didomplengkan dengan produk lama yang laku.

3.    Adaptasi harga untuk pasar atau situasi yang berbeda.
Ada dua kemungkinan motif yang mendorong perusahaan meninggalkan kebijakan satu harga. Motif pertama : penyesuaian dengan situasi tertentu. Disini perusahaan bersifat reaktif terhadap situasi yang mengharuskan. Motif kedua : menggunakan harga sebagai stimuli untuk memperoleh respon tertentu dari konsumen.
Ada lima strategi harga yang berasal dari adaptasi harga, yaitu : geographical pricing, price discount and allowance, promotional pricing, discriminatory pricing dan product-mix pricing. Dalam penjelasan berikut konsep – konsep tersebut ditulis dalam istilah aslinya agar tidak kehilangan makna, yaitu :
1.    Geographical pricing.

Geographical pricing adalah menetapkan harga berbeda untuk area geografis ataupun negara berbeda. Pertimbangannya bisa dari faktor : biaya, daya beli penduduk maupun daur hidup produk di daerah atau negara yang bersangkutan.
2.    Price discount and allowance.
     Kebanyakan perusahaan akan memodifikasi harga dasar sebagai imbalan untuk perbuatan – perbuatan pembeli yang dianggap baik oleh perusahaan, seperti pembayaran dimuka, pembelian dalam jumlah besar dan pembelian di luar musim (off-season-buying). Tindakan ini dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Jadi, sebelum melakukan memberikan diskon – diskon, perusahaan perlu menghitung untung dan ruginya secara akurat.
1.      Cash discount adalah penurunan harga kepada pembeli yang cepat membayar tagihan. Kode yang umum adalah “2/10, net 30”. Artinya, masa pembayaran tagihan adalah 30 hari. Tetapi kalau pembeli membayar dalam 10 hari atau kurang, maka perusahaan akan memberikan diskon 2%.  Keuntungannya bagi perusahaan adalah meningkatnya likuiditas, menurunnya biaya penagihan serta jumlah bad-debt.
2.      Quantity discount  adalah penurunan harga yang diberikan karena volume pembelian yang besar. Ini biasa terjadi antar pedagang, bisa juga antara toko dengan konsumen. Malah, kadang – kadang, pembeli sendiri yang meminta potongan harga kalau tahu volume pembeliannya besar.
3.      Functional discount merupakan pemotongan harga oleh penjual karena pembeli melakukan fungsi – fungsi tertentu, Contoh : seperti : pencatatan, penagihan maupun fungsi –fungsi lain. Konsekuensinya, pemotongan harga bisa berbeda kalau fungsi yang dilakukan pembeli berbeda.
4.      Seasonal discount adalah potongan harga yang diberikan di luar musim. Contohnya : 1) tempat rekreasi memberikan diskon untuk hari senin sampai jumat karena pada hari –hari tersebut pengunjung sepi. 2) PT. telekomunikasi melakukan strategi untuk telepon statis. Yaitu pada jam sibuk antara jam 18.00 sampai jam 23.00, harga pulsa dipotong 50%. Potongan lebih besar lagi (yaitu 75%) antara jam 23.00 sampai jam 06.00, karena pemakai telepon lebih sepi pada selang waktu tersebut.
    Tujuan dari diskon ini adalah agar kapasitas tidak menganggur pada masa sepi. Sebagian perusahaan menggunakan strategi ini sebagai bagian dari manajemen permintaan, yaitu : memindahkan sebagian permintaan yang tidak terlayani pada masa puncak ke masa sepi
    Allowances merupakan bagian dari penurunan harga. Trade in allowances adalah : penurunan harga yang diberikan untuk penggantian item lama dengan yang baru. Contohnya : ada perusahaan otomotif menawarkan seperti ini : “tukar mobil lama dengan yang baru. Kami beri diskon 5%”. Tujuannya : agar perputaran produk lebih tinggi. Selain itu, untuk mengikat pemakai produk lama menjadi pembeli yang loyal.
     Yang perlu diperhatikan adalah produk lama yang ditukarkan pembeli mau diapakan? Banyak perusahaan otomotif membuka anak perusahaan yang khusus menjual mobil bekas. Kesanalah mobil – mobil bekas itu diputar. Penurunan harga ini diberikan kalau pembeli berpartisipasi dalam promosi maupun usaha penjualan lainnya.

3. Promotional pricing.
     Perusahaan dapat menggunakan teknik harga untuk menstimulasi pembelian awal. Teknik – teknik tersebut adalah :
1.      Harga penglaris, caranya adalah toko menurunkan harga merek terkenal atau produk yang sensitif terhadap harga untuk meningkatkan kunjungan. Contohnya : sebuah toko bisa menurunkan harga beras, tetap produk lain tetap. Karena dalam masa krisis konsumen sensitif terhadap harga beras, maka dengan menurunkan harga sedikit saja, maka konsumen akan terpengaruh. Biasanya produsen tidak suka kalau produknya dijadikan sebagai penglaris oleh supermarket atau toko – toko.
2.      Special event pricing, prakteknya adalah menurunkan harga untuk menyambut even –even tertentu. Contohnya : 1) sepatu bata sering menurunkan harga untuk menyambut lebaran. 2) ada yang mengaitkan penurunan harga dengan ulang tahun kemerdekaan. Tujuannya tentu adalah untuk menciptakan image yang baik, bahwa perusahaan peduli terhadap even –even yang bermakna khusus bagi masyarakat.
3.      Cash rebate. Daripada menurunkan harga, ada juga perusahaan yang memberikan sejumlah uang untuk pembelian produknya. Untuk mendongkrak penjualannya, contohnya : 1) isuzu panther tahun 1996 membuat iklan : “beli panther tipe apa saja, maka Rp 1.000.000 langsung didapatkan pembelinya”. Teknik ini dapat membantu produsen menurunkan persediaan tanpa menurunkan daftar harga.
4.      Low interest financing. Kalau kita amati iklan – iklan mobil belakangan ini, sering ditawarkan bunga rendah, contoh 8% per tahun. Malah, sebelum krisis, astra pernah menawarkan kredit satu tahun tanpa bunga untuk pembelian kijang. Namun, hati – hati menyikapi iklan begini. Begitu sampai di showroom, seringkali calon pembeli merasa terkecoh karena suku bunga rendah tersebut harus memenuhi kondisi tertentu, contoh uang muka 30% atau jangka waktu kredit yang singkat.
5.      Longer payment terms, tujuannya adalah untuk menurunkan bayaran bulanan. Contohnya : 1) waktu pertama diluncurkan, nissan grand livina menawarkan kredit sampai 5 tahun. Konsekuensinya tentu suku bunga lebih tinggi.  Tetapi, yang menjadi faktor penarik adalah bayaran per bulan yang lebih rendah.
6.      Warranties and service contract. Daripada menurunkan harga, perusahaan dapat menawarkan kontrak servis. Contohnya : 1) PT. kramayudha tiga berlian untuk mobil – mobil mitsubishi yang dipasarkannya di indonesia. Perusahaan ini menawarkan paket konser, yaitu kontrak servis yang berlaku dalam jangka waktu tertentu. Fasilitas yang ditawarkan dalam konser adalah bebas harga untuk pelayanan tertentu serta penurunan harga untuk pelayanan lainnya.
7.      Psychological discounting. Dengan teknik ini, perusahaan ingin menciptakan kesan adanya penghematan dari penurunan harga. Contohnya : “dulu Rp 100.000, sekarang Rp 60.000”. Yang menjadi persoalan, apa benar sebelumnya harga Rp 100.000? Bila benar, berarti pembeli memang dapat menghemat Rp 40.000. Kalau tidak, praktek ini merupakan suatu praktek pengelabuan. Namun, pembeli jarang mempertanyakan kebenaran itu.

4.    Strategi memulai atau menanggapi perubahan.
1.      Sistematika penetapan harga awal untuk sebuah produk.
2.      Kedua dilandasi oleh : sifat harga yang dinamis, sehinga perlu melakukan penyesuaian dan pengelolaan sesuai situasi yang dihadapi.  Pertimbangan – pertimbangan khusus dalam strategi harga, yaitu :
1.    Penetapan harga untuk perantara.

Apabila penyampaian produk dari produsen ke konsumen melalui perantara misalnya toko, tentu harus diatur berapa harga keperantara agar harga akhir ke konsumen yang direncanakan tercapai. Contohnya : harga pompa air sanyo pada konsumen akhir ditetapkan Rp 400 ribu. Pompa dijual melalui toko. Perusahaan harus menetapkan berapa harga ke toko. Apabila merek sudah kuat, harga ke toko bisa lebih rendah. Sebab, tanpa rekomendasi pihak toko pun konsumen dapat memilih produk pompa air sanyo. Untuk produk yang belum punya nama, harga dapat berfungsi sebagai insentif agar perantara (toko) merekomendasikan produk kita. Toko tentu mengutamakan produk yang lebih menguntungkan, entah karena banyak dicari konsumen atau karena marjin keuntungan toko yang lebih besar.

2.    Penetapan harga untuk pasar bisnis.
Pasar bisnis ditandai oleh hubungan dekat dan terus – menerus antara penjual dan pembeli, terutama untuk produk – produk berupa bahan baku maupun komponen. Harga dari penjual merupakan komponen biaya pembeli, sehingga mempengaruhi keunggulan bersaing produk yang dihasilkan pembeli. Apabila produk keluaran pembeli banyak terjual karena unggul, dengan sendirinya permintaan terhadap bahan baku atau komponen dari penjual juga meningkat. Karena itu, penentuan harga, yang dalam penjelasan sebelumnya terkesan dilakukan secara sepihak oleh penjual, pada pasar bisnis, sering dilakukan bersama – sama antara penjual dan pembeli, untuk kepentingan bersama.

3.    Fleksibilitas harga.

Berdasarkan kesamaan setiap waktu dan situasi, ada 2 pilihan harga, yaitu : harga sama atau harga fleksibel untuk semua kondisi dan situasi. Harga tetap memberikan kepastian bagi konsumen tentang uang yang disiapkan untuk membeli produk. Pendekatan ini mengefektifkan proses penciptaan citra produk maupun perusahaan.
Pada sisi lain, banyak juga perusahaan yang melakukan penyesuaian harga berdasarkan situasi yang dihadapi. Contohnya : tiket pesawat terbang yang harga tiket bisa berbeda dalam hitungan menit, tergantung pada permintaan. Pada saat permintaan tinggi, harga langsung dinaikkan. Namun, pada saat sepi, harga diturunkan.

4.    Harga tetap versus harga negosiasi.

Perusahaan perlu memutuskan apakah kaku dengan daftar harganya atau dapat dinegosiasi pelanggan. Pengenaan harga berdasarkan daftar harga secara kaku membuat semua konsumen mendapat harga yang sama. Namun, unsur insentif harga hilang dalam praktek ini, sehingga tidak dapat dipakai untuk memancing pembelian. 
Harga negosiasi memunculkan unsur insentif. Daftar harga sudah ada. Yang dinegosiasikan adalah berapa diskon yang diperoleh pembeli. Penjual memiliki limit diskon yang tersedia. Besar kecilnya diskon tergantung pada kuatan negosiasi antara pembeli dan penjual. Pembeli merasa puas kalau dapat menegosiasikan diskon yang besar. Namun, kepuasan tersebut dapat berkurang kalau yang bersangkutan mengetahui bahwa pembeli lain memperoleh diskon lebih besar. Resiko lain, diskon menurunkan persepsi kualitas.



4. Jelaskan ciri-ciri/kondisi produk pada tiap tahap daur hidupnya.


Jawabannya :
Ciri – ciri atau kondisi produk pada tiap tahap daur hidupnya :

1.    Tahap perkenalan.

Ciri – ciri atau kondisi produk pada tahap perkenalan :
1.      Pertumbuhan penjualannya yang lambat, karena diperlukan beberapa waktu untuk memperkenalkan produk ke dalam pasar. Ada beberapa kemungkinan penyebab dari lambatnya pertumbuhan penjualan pada masa perkenalan, yaitu : terlambatnya pertambahan kapasitas produksi, masalah teknis, kelambatan dalam membangun jaringan distribusi yang memadai, dan keengganan pasar untuk merubah perilaku yang sudah mendarah daging. Untuk kasus –kasus produk berharga tinggi, misalnya : televisi beresolusi tinggi yang harganya mencapai Rp 70 juta, lambatnya pertumbuhan penjualan juga dipengaruhi oleh terbatasnya kalangan yang dapat membeli produk itu.
2.      Keuntungan umum negatifnya pada tahap perkenalan disebabkan oleh biaya promosi dan distribusi yang tinggi sementara penjualan masih rendah. Biaya promosi tinggi sebab intensitasnya memang tinggi untuk : menginformasikan produk yang belum dikenal, mendorong percobaan atas produk dan memastikan ketersediaan produk pada outlet – outlet eceran.
3.      Harga pada tahap perkenalan tinggi, disebabkan oleh : 1) biaya tinggi yang berkaitan dengan tingkat produksi yang masih rendah, 2) masalah teknologi produksi belum sempurna, 3) dibutuhkan margin yang tinggi untuk mendukung kampanye promosi yang intensif serta untuk mengkompensasi biaya pengembangan.

2.      Tahap pertumbuhan.
Ciri – ciri atau kondisi produk pada tahap pertumbuhan :
1.   Pertumbuhan penjualan yang cepat. Didalam konsep naslow, pada tahap pertumbuhan early adopter sudah mulai membeli produk.
2.   Pesaing baru mulai muncul melihat adanya kesempatan pasar.
3.   Keuntungan mulai meningkat sebagai akibat dari meningkatnya volume penjualan dan menurunnya biaya produksi karena peningkatan volume produksi.

3.  Tahap kedewasaan.

Ciri – ciri atau kondisi produk pada tahap kedewasaan :
1.   Apabila semua pasar potensial sudah dimasuki, maka pertumbuhan penjualan akan melambat. Tahap kedewasaan ada 3 bagian : 1) dewasa bertumbuh, walaupun pasar sudah jenuh, akan tetapi masih ada pertumbuhan penjualan, tetapi sedikit sekali. 2) dewasa stabil, pada bagian ini, sebagian besar pasar potensial sudah dimasuki. Pertumbuhan penjualan industri hanya diperoleh sebagai akibat dari pertumbuhan populasi. 3) dewasa menurun, mulai terjadi penurunan penjualan karena pasar sudah mulai beralih ke produk lain.
2.   Pada dewasa pesaing sudah banyak yang masuk ke dalam industri kira – kira sama dengan pesaing yang tergusur. Akibatnya keuntungan yang dinikmati setiap perusahaan menurun. Malah, sebuah perusahaan hanya dapat meningkatkan pangsa pasarnya dengan merebut pasar dari pesaing.
3.   Pesaing ada dua jenis : 1. ada pesaing besar yang mendominasi pasar. Pemimpin pasar ini biasanya mengisi segmen yang berukuran paling besar. Disekeliling pemain besar terdapat pesaing – pesaing kecil yang umumnya mengisi segmen berukuran kecil.


4.   Tahap penurunan.
Ciri – ciri atau kondisi produk pada tahap penurunan :
1.    Penurunan penjualan produk, tapi permintaan konsumen tidak menurun
2.    Pola penurunan : 1. ada yang menukik tajam atau mati tiba – tiba. Ini terjadi pada produk yang hidupnya dihentikan oleh faktor yang memaksa. Contohya : es krim magnum yang divonis mengandung semacam racun tahun 1999. 2. produk – produk  yang hidupnya diakhiri secara alami, umumnya penurunannya tidak terjadi secara tiba – tiba. Walaupun yang penurunannya terjadi secara cepat, tetapi tidak berhenti tiba – tiba, sebagaimana pada magnum tadi.
3.    Penurunan penjualan secara alami terjadi oleh beberapa sebab, diantaranya adalah : penemuan teknologi baru, peralihan selera konsumen, meningkatnya persaingan dari pesaing domestik dan luar negeri.



5. Dalam media penyiaran, ada banyak media digunakan, misalnya radio, televisi dan sosial media. Jelaskan dari media tersebut manakah yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan omzet penjualan perusahaan dan pembelian konsumen?

Jawabannya :
Menurut saya, media yang efektif dan efisien dalam meningkatkan omzet penjualan perusahaan dan pembelian, yaitu :

Tergantung pada orang yang sering memakai media tersebut, contoh : 1. orang (masyarakat) yang sering menonton televisi ya televisi. 2. orang yang sering menggunakan sosial media ya sosial media. 3. orang yang sering mendengarkan radio ya radio. Tapi melihat kebanyakan orang, banyak yang menonton televisi karena lebih murah menggunakan televisi (praktis), dan kebiasaan lama, dibandingkan radio yang jarang diminat kebanyakan orang. Sosial media karena ada juga masyarakat yang tidak pandai menggunakan sosial media.

Jadi media tersebut yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan omzet penjualan perusahaan dan pembelian konsumen, yaitu : Televisi, karena alasan tersebut.




Referensi :

Simamora, Bilson. 2014. Pemasaran Strategik. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar